Oleh: Drs Suprayitno | September 24, 2009

BAB I BUKU BABAD TULUNGAGUNG


BAB I

PENDAHULUAN

Tujuan pokok dari pada tulisan ini adalah untuk mengungkapkan hal-hal yang berhubungan dengan sejarah kota Tulungagung.

Nama kota ini, baik secara jelas disebut-sebut dengan TULUNGAGUNG, maupun dengan sebutan-sebutan lain seperti WAJAK, BOYOLANGU, KALANGBRET, dan sebagainya ternyata merupakan nama yang ikut mengisi lembaran-lembaran sejarah Indonesia sejak zaman Pra-sejarah sampai zaman baru.

Tetapi mengingat letak geografisnya, bagaimana sejarah ini dari zaman ke zaman, tidak banyak kita ketahui dari buku-buku sejarah Indonesia yang banyak beredar ini. Banyak kita dengar cerita-cerita yang berhubungan dengan kota Tulungagung mengenai zaman kuno, tetapi cerita-cerita tersebut bukan cerita sejarah dalam arti yang umum, melainkan cerita yang bersumberkan babad atau cerita rakyat yang turun temurun.

Dibentuknya Panitia Peneliti Sejarah Kabupaten Tulungagung oleh Bapak Bupati Kepala Sejarah Kabupaten Tulungagung yaitu Bapak R. Soenardi, merupakan wujud keinginan warga kota Tulungagung untuk mengetahui lebih banyak tentang daerah ini. Lagi pula merupakan langkah maju yang patut kita hargai, sebab betapa kecilnya nilai ungkapan sejarah yang dihasilkan oleh Panitia nanti, akan merupakan hasil yang memberi tambahan pengetahuan bagi masyarakat umumnya dan khususnya bagi warga daerah Tulungagung. Disamping itu kami yakin, bahwa hasil penyusunan sejarah kota Tulungagung yang dihasilkan oleh Panitia ini akan menjadi sumbangan bahan-bahan kepada penyelidikan sejarah Indonesia umumnya atau sekurang-kurangnya akan merupakan pendorong bagi penyelidik-penyelidik sejarah Indonesia untuk lebih jauh menyelidiki sejarah daerah demi untuk kelengkapan sejarah Indonesia.

Untuk menyusun sejarah kota Tulungagung ini Panitia telah berusaha sejauh mungkin menurut kemampuan yang ada, agar memperoleh bahan-bahan secukupnya. Oleh sebab itu disamping kepustakaan (literature) yang dapat dikumpulkan, arsip-arsip, dan sebagainya digunakan pula sumber-sumber berupa cerita-cerita babad dan cerita-cerita rakyat.

Kami insyaf, mengenai 2 jenis sumber terakhir tersebut, banyak kelemahan-kelemahannya. Oleh sebab itu dengan sangat hati-hati kami akan berusaha mengambil kesimpulan-kesimpulan sejarah (histories) dari sumber-sumber tersebut. Kami yakin bahwa cerita babad ataupun cerita-cerita rakyat yang sangat bersifat dongeng itu berisi pula kenyataan-kenyataan sejarah yang dipaparkan dengan wujud perlambangan atau dalam wujud dongeng yang dibumbui dengan sifat tuah-sakti dan keanehan-keanehan yang tidak masuk akal menurut pendapat kita dewasa ini. Cara-cara semacam ini memang umum digunakan pujangga-pujangga kuno dinegeri kita, penulis-penulis babad atau pelipur lara. Dengan cara ini tidak berarti bahwa mereka berbuat curang, tidak mau berterus terang, bahkan sebaliknya mereka berbuat jujur sesuai dengan kehalusan perasaannya serta hormatnya terhadap seseorang yang diceritakan atau terhadap kenyataan-kenyataan yang dihadapinya. Oleh sebab itu sehubungan dengan penafsiran sumber-sumber tersebut kita berusaha mendalami sejauh mungkin kehalusan perasaan, adat atau kebiasaan yang termaktub didalam cerita babad atau dongeng-dongeng tersebut. Sebagai suatu contoh penafsiran dongeng yang mewujudkan adanya kenyataan sejarah, yaitu yang dikemukakan oleh Muhamad Yamin tentang asal-usul keturunan Gajah Mada.[1]

Kesimpulan Muhamad Yamin, menyatakan bahwa sebenarnya Gajah Mada adalah keturunan rakyat jelata, yang menurut kepercayaan Bali, seperti yang tertulis di dalam kitab Usana Jawa, Gajah Mada dilahirkan di pulau Bali Agung, yang pada suatu ketika berpindah ke Mojopahit. Menurut cerita itu Gajah Mada tidak punya Ibu-Bapak, melainkan berpancar dari buah kelapa sebagai penjelmaan Sang Hyang Narajana ke atas dunia.

Kita dapat memahami bahwa buah kelapa adalah buah yang umum dimakan bangsa kita, bahkan sampai sekarang di desa-desa boleh dikata setiap petak pekarangan terdapat tanaman pohon kelapa. Jadi jelasnya buah tersebut adalah buah rakyat. Mengapa disini kelahiran Gajah Mada dilukiskan dari buah kelapa? Kiranya sesuai dengan yang kami kemukakan di atas bahwa penulis cerita itu terikat oleh kehalusan perasaan dan rasa hormatnya terhadap persoalan yang dihadapi. Andaikan penulis cerita itu mengemukakan asal-usul GAJAH MADA berterus terang berhadapan dengan adat yang masih hidup kuat dewasa itu, yaitu adat yang sehubungan dengan faham kekastaan, padahal nyata-nyata Gajah Mada adalah orang yang banyak berjasa terhadap negara, karena itu jalan yang ditempuh penulis untuk menghindari tantangan adat itu tidak lain melambangkan kelahiran Gajah Mada dari buah kelapa. Bahkan untuk menunjukkan sifat-sifat luar biasa yang dimiliki Gajah Mada, penulis melambangkan bagi yang lahir dari buah kelapa itu merupakan penjelmaan DEWA, yaitu Sang Hyang Narajana.

Demikianlah beberapa hal yang kami kemukakan diatas tidak lain merupakan dasar pertanggungan jawab kita atas penggunaan babad / cerita-cerita rakyat sebagai sumber penyusunan sejarah kota Tulungagung.

Suatu hal lain yang perlu kami kemukakan didalam bab ini, yaitu tentang penjamanan (pembagian zaman) sejarah kota Tulungagung. Disini kami tidak mengemukakan hal baru dalam soal pembagian zaman itu. Karena maksud utama tidak lain hanya akan meninjau perkembangan sejarah kota Tulungagung dimana nama kota tersebut disebut dalam zaman tertentu.

Jelasnya kita berusaha memperoleh keterangan-keterangan sebanyak-banyaknya pada suatu zaman tertentu mengenai daerah tersebut.

Daerah yang sekarang dikenal sebagai kota Tulungagung, sebenanrya mulai nampak sejarahnya sebagai kesatuan daerah juga berpemerintahan sendiri paling awal pada pertengahan abat ke 17, dan pada saat-saat inilah tertanamnya dasar-dasar yang kemudian dapat memperkembangkan daerah ini menjadi kota yang dikenal sebagai Kabupaten Tulungagung.

Next

home


Tinggalkan komentar

Kategori